Pasar Kangen Jogja 2017
Pasar Kangen, Obat Kangenku Sama Mie Pentil Dari Simbah
[alert-note]Setiap orang pasti memiliki kenangan masa kecilnya masing-masing. Masa dimana benih-benih rindu ditanam untuk kemudian menjadi cerita di masa kini. – maskris.co.id @2017[/alert-note]Jadi kali ini diriku mau cerita tentang kangen-kangenan. Eits, bukan kangen sama mantan atau kangen sama suami orang #eh.. Tapi kangen sama masa kecilku sewaktu di Jogja dulu.
Kenapa aku bilang masa kecil sewaktu di Jogja dulu, padahal sekarang aku sendiri tinggal di Jogja.
Jadi gini.. Aku itu sebenarnya numpang lahir di Bantul Yogyakarta, namun ketika usia sekitar 3 tahun diajak melancong ke tanah pasundan oleh Bapak/Ibuku..
Anehnya, Bapak/Ibuku melancongnya itu tidak kenal waktu, sampai kalau pulang Jogja itu cuma 1 tahun 2 kali.. Parah kan.. Itu melancong atau pindahan pak?? Eh, kalau bapak/ibuku baca tulisan ini mungkin mereka bisa-bisa nulis komentar: “Yo jelas pindahan to le.. Lha wes genah KTP ne wae Jawa Barat”.. Wkwk..
Singkat cerita, waktu kami kembali aka mudik ke Jogja setahun dua kali, simbah sering banget membawakan makanan yang dibungkus dengan daun jati plus dawet (ingat depannya “D” bukan “C”) yang berwarna merah muda. Ketika aku buka, ternyata isinya adalah mie dengan diameter yang cukup besar dibanding mie biasanya dan berwarna kuning/putih.
Jujur, setiap kali ada makanan yang dibungkus oleh daun jati tersebut aku selalu suka. Apalagi kalau sudah dicampur sambalnya.. Maknyus cah.. marai ngelih..
Bersama dengan bertambahnya waktu dan usia simbah, sekarang aku sudah jarang dibawakan mie tersebut. Bahkan jika mau minta untuk dibelikan pun rasanya tidak enak karena jarak pasar dengan rumah memang tidaklah dekat. Ah, sudahlah siapa tau nanti bisa nemuin mie tersebut kalau sedang jalan-jalan.
Dan setelah cukup lama tidak melihat mie dengan bungkus daun jati tersebut, akhirnya aku kembali menemukan mie idola berwarna kuning/putih itu di Pasar Kangen 2017. Wow.. Amazing cah rasane.. “Ndeso” tenan yo.. haha..
Namun sayang, mie kuning/putih tersebut sekarang tidak dibungkus oleh daun jati, tapi pakai pincuk daun pisang.
Dalam hati aku berkata : “Ora masalah, sing penting nemu makanan waktu kecil dulu.”
CERITA PASAR KANGEN JOGJA 2017
Sabtu sore tanggal 22 Juli 2017 sekitar pukul 16.00, aku, istri dan Aileen berangkat ke Taman Budaya Yogyakarta. Kali ini kami pergi ke sana bukan untuk menyaksikan pertunjukan, namun untuk mencari obat kangen di waktu kecil.
Kok bisa cari obat kangen kok di Taman Budaya Yogyakarta? Ya bisa dong, karena memang pada tanggal tersebut di Taman Budaya Yogyakarta sedang ada acara tahunan yang bernama “Pasar Kangen Jogja”.
Buat yang belum tau pasar kangen itu apa, mungkin bisa cari di Google ya. Tak jamin referensinya buanyak banget.
Kami tiba di Pasar Kangen Jogja sekitar pukul 17.30 WIB. Aku ingat, jika tiba tepat ketika Azan Magrib berkumandang. Saat ku memasuki gerbang Taman Budaya Yogyakarta, Aileen ku gendong, tapi mamanya tidak.. (ga penting banget)
Suasana pasar kangen saat itu tidak terlalu ramai. Padahal satu jam sebelumnya acara pembukaan pasar kangen baru saja dilaksanakan. Ah, mungkin pengunjungnya udah mulai capek waktu acara pembukaan jadi sekarang pada pulang. Haha.
Tanpa membuang waktu dan kesempatan di tengah longgarnya suasana Pasar Kangen, kami langsung menyusuri jalan yang di kiri-kanannya terdapat berbagai stand makanan, kerajinan hingga barang-barang kuno dan antik.
“Kak, kamu mau beli apa?”
Aileen tampak diam dan masih bingung dengan suasana sekitarnya.
Ketika sampai di tempat yang ada Arum Manis dengan bungkus plastik Frozen, akhirnya Aileen bilang:
“Yah, aku pengen itu..”
Okai, akhirnya terjadi negosiasi panjang antara ayah dan anak.. wkwk.. (lebay) padahal cuma bilang ayah belikan tapi syaratnya ga di gendong.
Akhirnya, deal terjadi dan Aileen sudah dapat satu makanan yang mengobati rasa kangennya dengan Pasar Malam di dekat rumah beberapa waktu lalu. Ya, Arum manis dengan bungkus Frozen. Wkwk..
Aileen sudah, sekarang saatnya aku dan istri yang berburu.
[one_half] [/one_half] [one_half_last] [/one_half_last] [one_half] [/one_half] [one_half_last] [/one_half_last]Banyak hal sebenarnya yang mengingatkan kami kepada masa kecil dulu. Buku Bobo, Kaset Pita, Radio antik, Kamera Analog, Perangko, Uang kuno, Sampai dengan gambar-gambar jaman dahulu seakan membawa kami untuk bernostalgia dengan kenangan.
Ya, Itulah seni dan dasyatnya Pasar Kangen, pasar yang bisa buat orang kangen dan rindu kepada masa kecilnya.
Next..
Setelah berputar-putar di sekitar barang lawas, akhirnya aku memutuskan untuk membeli mainan yang kalau orang sunda mungkin bilang namanya “Kolecer”. Harganya murah, kalau tidak salah hanya seribu rupiah saja.
Sebelum aku membeli mainan tersebut, aku menjelaskan dan memperkenalkan mainan tersebut kepada Aileen. Aku katakan jika itu mainan ayah ketika masih kecil dulu. Dan akhirnya Aileen tertarik dan meminta untuk dibelikan yang warnanya ungu.
MAKANAN TRADISIONAL ala PASAR KANGEN
Hari semakin malam, tidak terasa jam sudah menunjukkan pukul 18.30 WIB. Aku akhirnya melanjutkan perjalanan kami di pasar kangen menuju stand makanan.
[one_third] [/one_third] [one_third] [/one_third] [one_third_last] [/one_third_last]Setelah mencoba mencari makanan yang ada, istriku berhenti di salah satu stand makanan yang menjual Sate Kere, Sate Koyor dan juga beberapa masakan tradisional lainnya. Entah mengapa mataku tiba-tiba tertuju kepada bakmi yang berwarna kuning dan putih dengan nama “Bakmi Pentil”.
Ketika istriku masih menunggu sate kere yang dipesannya, aku langsung negosiasi dengan ibu penjualnya.
A: “Bu, aku mau bakminya itu ya. Di campur saja kuning dan putih.”
P: “Pakai sambal tidak pak?”
A: “Ga usah bu. Kalau bakmi ini dibuatnya dari apa ya bu?”
P: “Dari tepung pak” (tepatnya pati aci)
A: “Berapa Bu?”
P: “5 ribu pak”
Akhirnya, setelah sekian lama aku mencarinya. Akhirnya kutemukan di Pasar Kangen 2017. Woi, Mie Pentil.. Nengdi wae koe?? #Eh
Sambil menikmati mie kenyal berwarna kuning dan putih tersebut, aku pun bercerita ke Aileen. Intinya lebih mengenalkan kalau ada mie pentil yang sebenarnya asli Bantul, tempat simbah buyut, simbah dan ayahmu lahir. Hehe..
Tanpa diduga, aileen ternyata suka. Bahkan semua yang warnanya kuning di monopoli sama dia.. haha.. Di sisi yang lain, ibunya Aileen malah dengan tenang makan lontong opor yang dihiasi sama “Sate Kere”.
PAMERAN SALAM YOGYAKARTA
Selesai kami makan, kami meneruskan perjalanan di pasar kangen dengan masuk ke pameran dari Sanggar Anak Alam (Salam) Yogyakarta. Di sana kami melihat berbagai hasil karya dan kreasi yang keren-keren dari siswa Salam Yogyakarta.
[one_half] [/one_half] [one_half_last] [/one_half_last]Akhirnya, selesai dari pameran kami memutuskan untuk pulang ke rumah. Ya, hari semakin malam. Suasana juga semakin ramai. Dan Aileen pun sudah terlihat semakin lelah dan ngantuk.
PULANG
Dan kami pun keluar dari pintu gerbang Taman Budaya Jogja menuju parkiran.. Sambil sedikit cerita sama Aileen, akhirnya aku hampir jatuh karena kepeleset. Badan masih aman, tapi sendal jepit jadi korban.. haha..
Pasar kangen.. Terima kasih ya karena kamu sudah mengobati rasa rinduku akan masa kecil dulu. Sampai ketemu lagi tahun depan ya..
Ini ceritaku, mana ceritamu..