Batik Kibasan Sabut Kelapa, Inovasi Teknik Batik Dari Yogyakarta
Batik Kibasan Sabut Kelapa – Banggakah kamu dengan BATIK yang telah ditetapkan oleh UNESCO sebagai warisan budaya Indonesia? Batik apa yang biasa kamu gunakan? Sudah pernah dengar “Batik Kibasan Sabut Kelapa”?

Pertanyaan yang sebenarnya lumayan sulit untuk kujawab. Kenapa bisa demikan? Jawabnya karena aku dilema dengan “BATIK”
Jujur saja, aku sebagai orang Indonesia sangat bangga mendengar kata BATIK yang ditetapkan sebagai warisan budaya Indonesia oleh UNESCO pada tahun 2009 lalu. Namun, dibalik kebanggaanku akan batik ada rasa kecewa yang aku rasakan terkait dengan warisan budaya Indonesia tersebut.
Gelisah karena hingga saat jemariku menari di atas keyboard untuk menuliskan artikel ini aku sendiri masih belum begitu mengerti dan menghargai Batik. Lha kok bisa? Ya bisa donk.
Pertama, pengetahuanku tentang batik sangatlah buruk.
Kedua, aku cuma terbiasa menggunakan batik printing.
Ketiga, aku masih sering menggangap batik cap/tulis itu harganya terlalu mahal.
Terus pertanyaan tentang Batik Kibasan Sabut Kelapa? Apa lagi itu. Jenis-jenis batik saja diriku belum tentu tahu, apalagi Batik yang satu ini?
***
TENTANG BATIK
Secara etimologi, kata batik berasal dari bahasa Jawa, “amba” yang berarti lebar, luas, kain; dan “titik” atau matik (kata kerja membuat titik) yang kemudian berkembang menjadi istilah batik.
Pada masa lampau, batik banyak dipakai oleh orang Indonesia di daerah Jawa. Itu pun terbatas pada golongan ningrat keraton dengan aturan yang sangat ketat. Artinya, tidak sembarangan orang boleh mengenakan batik, terutama pada motif-motif tertentu yang ditetapkan sebagai motif larangan bagi khalayak luas. Namun pada perkembangannya, batik bebas dipakai baik untuk pakaian formal maupun non formal.

Berbicara tentang batik, maka kita tidak boleh melupakan berbagai cara dan teknik dari batik. Jujur, aku sendiri baru tahu jika teknik dan motif batik itu cukup beragam. Namun demikian dibalik keanekaragaman teknik dan motif batik yang ada, rupanya jenis batik yang diakui oleh UNESCO adalah batik tulis yang hanya diproduksi oleh Indonesia saja. Keren sekali ya??
Terus aku semakin bertanya-tanya, kenapa hanya batik tulis??
Ternyata alasannya itu karena pembuatan batik tulis dilakukan menggunakan alat membatik yaitu canting serta proses pewarnaannya menggunakan pewarna sintetis atau alami. Demikian yang membuat batik tulis mempunyai kualitas lebih baik dan bernilai seni yang unik sehingga harganya lebih tinggi dibanding batik cap maupun sablon.
Jadi wajar kenapa batik tulis harganya dapat dikatakan cukup tinggi. “Ono rego ono rupo“.
BATIK KIBASAN SABUT KELAPA
Seperti yang telah kukatakan sebelumnya, aku sebenarnya kurang begitu paham dengan Batik, apalagi yang namanya Batik Kibasan Sabut Kelapa. Tapi beruntung aku punya teman yang namanya Arni Alisha, Duta Pemuda Kreatif Indonesia tahun 2017 asal Bantul Yogyakarta yang fokus kepada Batik dan baru saja pulang dari event Future Leader Camp Batik Festival 2018 di Jepang beberapa waktu lalu. Keren kan?

Yang pasti, Arni juga cukup paham dengan apa yang dinamakan dengan Batik Kibasan Sabut Kelapa.
Kenapa begitu?
Karena Tugas Akhir sewaktu kuliah berjudul “BATIK KIBASAN SABUT KELAPA UNTUK TUNIK”. haha.. Jadi sudah pasti dia akan paham akan batik kibasan sabut kelapa.

Apa Makna Dari Batik Kibasan Sabut Kelapa
Batik Kibasan dari sabut kelapa mencerminkan cerita kehidupan dalam kesederhanaan dengan memanfaatkan sumber daya alam yang ada. Banyak sumber daya alam yang dapat dinikmati dengan mensyukuri apa yang sudah ada di alam kemudian mempergunakan sesuai dengan porsinya.
Pola hidup sederhana menjadi visualisasi cerita pada batik ini. Kesederhanaan yang digambarkan dengan karakter motif unik yang ditimbulkan dari kibasan kuas mekar dan gandeng. Batik ini menonjolkan motif utama yaitu motif batik kibasan sabut kelapa yang dibatik menggunakan kuas mekar dan gandeng sehingga menghasilkan karakter motif batik yang khas hasil dari kibasan kuas tersebut.
Kenapa harus sabut kelapa?
Menurut informasi dari Arni, Sabut kelapa memiliki serat unik dan berkarakter elastis yang dapat dibentuk sedemikian rupa sehingga mampu menghasilkan kuas dan dapat memunculkan motif motif batik kibasan yang khas sesuai dengan bentuk desain motif yang dikehendaki.
Bagaimana cara dan proses pembuatan Batik Kibasan Sabut Kelapa?
Karena Batik ini bukan seperti batik sablon atau printing yang cukup mudah diproduksi, maka ada cara dan proses yang dilakukan. Dan berikut ini cara dan proses yang dilakukan untuk membuat batik kibasan dari sabut kelapa menurut Mbak Arni:
- Penciptaan Motif Utama
- Membatik menggunakan teknik mengibaskan rangkaian sabut kelapa Mekar dan Gandeng
- Mencanting
- Pewarnaan
- Pelorodan
Semakin bingung kan? Kalau begitu sama dengan apa yang aku rasakan. Ya bingung karena bahasanya kurang familiar di telingga kanan dan kiri. haha.
Biar semakin jelas, ada baiknya aku coba membahas satu per satu tahapan membuat batik kibasan ala Mbak Arni.
-
Penciptaan Motif Utama
Untuk melakukan langkah penciptaan motif utama ini dasarnya adalah membuat desain pola yang kemudian dipindahkan ke kain. Gampang ya bagian ini? oke lanjut ke langkah kedua.
-
Membatik menggunakan teknik mengibaskan rangkaian sabut kelapa Mekar dan Gandeng
Nah, bagian ini diriku mulai Roaming. Rupanya sebelum melakukan langkah ini, kita harus menyiapkan terlebih dahulu kuas dari sabut kelapa yang namanya Kuas Mekar dan Kuas Gandeng.

Menurut mbak Arni, teknik mengibaskan sabut kelapa pada batik ini memberikan karakter khusus yang ditimbulkan dari kibasan sabut kelapa yang membentuk motif unik dan beraneka ragam.
-
Mencanting
Sama dengan batik tulis lainnya. Langkah selanjutnya yang dilakukan adalah mencanting. Ya, mencanting merupakan salah satu langkah yang wajib dilakukan untuk membuat batik tulis.

Perbedaan yang mendasar dari cara mencanting batik kibasan dari sabut kelapa terdapat pada canting yang digunakan. Ada 2 jenis canting yang digunakan.
Canting pertama adalah dengan menggunakan kuas mekar dan kuas gandeng. Sedangkan Canting kedua menggunakan canting Cecek maupun Klowong.

Mungkin ada yang bertanya, kenapa harus mencanting dengan dua cara sekaligus? Ya, jawabannya ternyata agar menghasilkan karya batik tanpa meninggalkan ciri khas batik.
Jadi kuas sabut kelapa berfungsi untuk membuat pola natural sabut kelapa yang unik, sedangkan canting untuk merapihkan dan meninggalkan ciri khas dari batik tulis.
-
Pewarnaan
Setelah selesai mencanting, kini saatnya masuk ke proses pewarnaan. Untuk batik kibasan dari sabut kelapa, teknik pewarnaan dilakukan dengan Zat Pewarna Alam (ZPA) dari kayu tingi, buah jalawe dan kulit bawang merah.

-
Pelorodan
Langkah terakhir yang dilakukan untuk membuat batik kibasan ini adalah “Pelorodan“.

Secara umum, pelorodan adalah proses perebusan untuk menghilangkan malam (lilin) yang menempel pada batik. Proses ini diperlukan adanya zat pembantu berupa soda abu, waterglass dan kanji agar lilin yang menempel pada kain mudah lepas pada saat direbus.
Hasil dan contoh Batik Kibasan dari Sabut Kelapa
Setelah melalui proses yang cukup panjang, Batik Kibasan dari Sabut Kelapa pun selesai. Dan tiba di tanganku dengan selamat dan diantarkan langsung oleh pembuatnya. Luar biasa. Salah satu moment yang mungkin tidak akan aku lupakan jika suatu saat nanti Batik ini mendunia. haha..
Ini contoh dan hasil dari batik kibasan sabut kelapa yang aku miliki.

Dimana tempat belajar atau memesan Batik Kibasan Sabut Kelapa?
Mungkin setelah membaca artikelku ini ada yang tertarik lebih dalam tentang batik kibasan sabut kelapa. Nah, berhubung aku bukan ahlinya dan juga biar tidak salah menjawab, maka teman-teman bisa menghubungi mbak arni langsung saja.
- Instagram : @artniq_batik
- Email: salishaaprilia@gmail.com
- Contact: +628985047023
- Website/blog : www.arnialisha.com
Tenang saja, mbak arni ga akan pelit ilmu untuk soal ini. Dia bahkan beberapa kali mengadakan acara berbagi ilmu untuk membatik.
***
Memiliki batik tulis maupun batik cap sebenarnya menjadi salah satu hal yang membanggakan bagiku. Terbukti, jumlah pakaian atau kain Batik Tulis yang kumiliki tidak lebih dari 5 buah. Sisanya koleksi batikku adalah batik printing. Wkwk. (Malu sendiri).
Kenapa aku malu? karena aku merasa kurang menghargai budaya batik dengan memilih batik yang instan dan tidak dibuat dengan teknik batik yang sebenarnya.
Wajar banyak yang mengatakan jika batik printing itu bukan Batik. Karena proses pembuatan batik tidak terjadi begitu saja dengan cepat selayaknya batik printing. Proses pembuatan Batik itu perlu kecermatan dan seringkali waktunya lama. Coba saja bayangkan yang dilakukan mbak Arni dalam membuat batik kibasan sabut kelapa? kira-kira berapa lama waktu produksinya.
Semoga setelah membaca tulisanku ini, teman-teman menjadi lebih menghargai batik sebagai warisan budaya. Menghargai para pengrajin batik dan tidak dengan mudah mengklaim jika batik printing adalah batik.
Kalau ada yang mau komentar karena penjelasanku ada yang salah atau mungkin kurang sreg boleh kok sharing. Aku masih belajar soal batik, apalagi Batik Kibasan Sabut Kelapa jadi ayo kita sama-sama belajar dan mengenal budaya yang ada Indonesia.