Pengalaman Pertama Naik Ke Puncak Monas, Rasane Dagdigdug Cah
Siapa sih yang ga kenal sama yang namanya MONAS?
Hampir semua orang Jakarta pasti kenal yang namanya monas atau nama panjangnya “Monumen Nasional“.
Buat yang belum tahu, Monas itu merupakan satu ikon dari Jakarta, Ibukota Negara Indonesia.
Secara letak, Monas sangat mudah ditemukan karena berada sekitar Balaikota Jakarta, Istana Negara, Stasiun Gambir, Gereja Katedral dan juga Mesjid Istiqlal.
Nama Monas sendiri semakin terkenal di seluruh Indonesia usai adanya acara bertajuk 212 yang sangat fenomenal di tahun 2016 yang lalu.
Masalahnya, apakah semua orang Jakarta sudah pernah main ke Monas? Kalau aku sih ga yakin.
Nah, kalau ditanya sudah berapa kali main di Monas, aku mungkin akan menjawab sudah berkali-kali. Tapi kalau ditanya sudah pernah naik sampai puncak monas? Aku akan jawab “Baru sekali mas, mbak, om, tante..” wkwk..
Ya, kenyataan memang mengatakan demikian sodara-sodara. Aku memang baru satu kali naik sampai puncak monas tepat pada tanggal 1 februari 2019.
Buat kamu yang mau cobain naik ke puncak Monas seperti yang aku lakukan kemarin, mungkin bisa baca-baca dulu ceritaku ini. Hehe
PINTU MASUK MONAS
Hal pertama yang aku mau kasih tau soal Monas adalah pintu masuknya. Kenapa kok pintu masuknya?
Karena pada dasarnya pintu Monas itu ada beberapa, namun tidak semua pintu dibuka untuk umum. Coba kamu lihat gambar peta monas ini.
Dari peta monas di atas, cukup jelas kan dimana saja letak pintu untuk masuk ke monas? Nah kalau aku sendiri kemarin masuk lewat jalan merdeka selatan dekat dengan Parkir IRTI.
Jadi kalau udah tahu pintu masuk yang dibuka untuk umum kan enak tuh. Ga perlu jauh-jauh keliling pagar untuk masuk ke dalam area Monas. Hehe.
TAMAN KULINER LENGGANG JAKARTA
Sebelum kita masuk ke area monas, kita akan melewati taman kuliner yang bernama Lenggang Jakarta.
Lokasi dari Lenggang Jakarta sendiri tepat di sebelah parkir IRTI Monas. Jadi gampang sekali ditemukan.
Nah, dengan adanya taman kuliner ini. Kamu yang mau mengunjungi monas tidak perlu khawatir untuk kelaparan, karena pilihan menu makanannya cukup lengkap dan bervariasi.
Untuk masalah harga, makanan yang dijual di lenggang Jakarta ini berada dikisaran Rp. 10.000 hingga Rp. 40.000 dan bisa menggunakan sistem pembayaran non tunai menggunakan e-money.
Kalau ga punya e-money, para pedagang masih mau nerima cash kok. Tapi hati-hati kalau harganya berbeda dari harga yang ditetapkan. Jadi jangan ragu tanya harga dulu sebelum memesan makanan.
HALTE DAN KERETA WISATA MONAS
Ada hal berbeda yang kutemukan ketika kemarin mengunjungi monas. Rupanya kini ternyata monas punya kereta wisata lengkap dengan haltenya. Fasilitas ini gratis dari pengelola monas.
Walaupun demikian, kereta wisata ini hanya akan mengantarkan kita dari halte dekat pintu masuk hingga halte menuju Museum Sejarah Nasional ataupun Tugu Monas. Bukan kereta untuk keliling-keliling.
Jika kamu tidak mau masuk atau naik ke dalam monumen nasional sebaiknya kamu tidak perlu naik kereta ini. Kasihan yang benar-benar ingin masuk ke dalam museum. Hehe.
Aku sendiri kemarin coba naik kereta wisata ini. Petugasnya lumayan tegas dan mampu menertibkan penumpangnya. Menurutku itu bagus dan baik karena demi kenyamanan dan keselamatan bersama juga.
Oh iya, melihat jarak dari pintu masuk ke museum dan tugu monas yang lumayan jauh, aku rasa fasilitas seperti kereta wisata ini sangat membantu. Namun sebaiknya jumlah unitnya bisa diperbanyak.
BELI TIKET MUSEUM DAN PUNCAK MONAS
Tidak terasa, kereta wisata yang mengantarkanku hingga Tugu Monas berhenti tepat di pintu masuk museum.
Aku pun melanjutkan perjalanan menyusuri tangga dan lorong bawah tanah yang nantinya terhubung ke pintu masuk Museum Sejarah Nasional.
“Mas, beli tiket dulu di sana.” ucap salah satu petugas training berpakaian putih sambil menunjukkan loket penjualan tiket.
“Oke mbak.” Jawabku.
Setibanya di loket, aku kembali ditanya oleh petugas yang ada di sana.
“Berapa orang pak? Sudah punya kartu Jakcard?” tanya petugas loket.
“Satu orang saja mbak. Saya bayar cash saja bisa?” ucapku.
“Oke pak, tapi di sini ga bisa cash harus pakai kartu. Kalau sampai puncak monas harganya Rp. 35.000.” balas mbaknya.
“Ya sudah mbak gapapa.”
Setelah tiket masuk dan kartu Jakcard ditangan. Aku langsung menyusuri lorong layaknya sebuah gerbong kereta api yang akan mengantarkan sampai ke petugas penjaga pintu masuk.
Jarak dari pengecekan tiket ke pintu museum ternyata tidak sedekat yang kubayangkan. Gapapa deh, itung-itung olahraga. Wkwk.
MASUK MUSEUM SEJARAH NASIONAL
Dengan nafas sedikit ngos-ngosan akhirnya aku sampai di pintu masuk Museum Sejarah Nasional.
Buat info saja, museum Sejarah Nasional ini letaknya persis di bawah Monas.
Karena letaknya ada di bawah permukaan tanah, maka suasananya adem. Walaupun tetap di dalam museum ada pendingin ruangan.
Sebagai sebuah Museum, tempat ini menyediakan cukup banyak diorama dari sejarah Indonesia. Mulai dari jaman kerajaan, jaman penjajahan, jaman kemerdekaan hingga keadaan setelah indonesia Merdeka.
Bagiku, museum ini sangat lengkap dan banyak memberikan ilmu baru bagi kita yang masuk ke dalamnya. Jadi wajar saja, banyak sekolah dasar yang mengajak murid-muridnya untuk berkunjung ke museum ini.
NAIK KE PUNCAK MONAS
Setelah puas melihat diorama yang ada di museum sejarah nasional, aku memutuskan untuk naik ke Puncak Monas.
Untuk bisa naik ke puncak monas, aku berjalan menaiki tangga yang berada di bagian tengah museum mengikuti petunjuk yang ada di dinding.
Tidak lama setelah itu, aku tiba di pelataran Monas dan tepat di pintu untuk naik ke puncak.
“Pak, kalau mau naik ke puncak lewat mana ya?” tanyaku kepada petugas di pintu dekat lift.
“Lewat sini saja pak. Bisa minta kertas hijau dan kartu JakCardnya?” jawab bapak-bapak bereseragam hitam di depan pintu.
Setelah menyerahkan kartu Jakcard dan kertas hijau untuk naik ke puncak monas, aku dibantu untuk masuk dan kemudian antri naik lift menuju puncak monas.
Kali ini aku beruntung karena pengunjung yang mau naik ke puncak monas tidak terlalu ramai. Jadi tidak perlu waktu lama untuk menunggu antrian Lift menuju puncak.
Ketika masuk lift, aku melihat ada 3 tombol lift yang biasanya menunjukkan jumlah pemberhentian lift. Angka 1 untuk dasar, angka 2 untuk tujuan cawan dan angka 3 untuk tujuan puncak.
Walaupun hanya ada 3 pemberhentian, namun perjalanan menuju puncak lift terasa cukup lama. Ketika pertama kali masuk lift rasanya ga sampai-sampai ke puncak padahal cuma 3 lantai. (Itu pikiranku saat itu)
Setelah cukup lama berada di dalam lift, akhirnya aku sampai di pelataran puncak monas.
Jantung ini tiba-tiba berdetak lebih kencang, sekencang hembusan angin yang bertiup mengibarkan rambutku di sekitar puncak tugu dengan ketinggian sekitar 115 meter dari permukaan tanah ini.
“Buset.. tinggi juga.. marai ndredeg cah ” pikirku saat itu.
MENIKMATI JAKARTA DARI PUNCAK MONAS
Beberapa saat setelah berada di pelataran puncak, aku merasa jika badan semakin lama semakin goyang, kaki juga agak bergetar. Tapi aku mencoba untuk memberanikan diri melihat beberapa bagian di pelataran dan pastinya ingin menikmati jakarta dari puncak Monas.
Di setiap sudut pelataran aku melihat ada teropong yang bisa digunakan untuk melihat objek lebih dekat.
Ternyata seru juga menikmati pemandangan Jakarta dari atas puncak monas. Dan tanpa membuang banyak waktu, aku langsung mengeluarkan kamera dari tas dan kemudian mengambil beberapa gambar dari masing-masing sisi pelataran.
Ini beberapa gambar yang aku ambil dari puncak monas.
Gimana? Mau coba naik sama ambil gambar dari puncak monas juga? Hehe
HUJAN DI PUNCAK MONAS
Setelah sempat mengambil beberapa foto dari puncak monas, tiba-tiba langit jakarta diselimuti awan abu-abu. Ya, Jakarta mendung ketika aku lagi di pelataran puncak monas. Ngeri-ngeri sedap rasanya..
Tidak lama setelahnya hujan turun.
Pelataran sempit yang ada di puncak membuat para pengunjung tidak memiliki banyak tempat untuk menghindar. Akhirnya kami banyak berkumpul di satu tempat dan sebagian berduyun-duyun antri di depan pintu lift untuk turun dari puncak.
Berhubung cuaca juga kurang bersahabat, akhirnya aku juga ikut mengantri bersama pengunjung lain.
SINGGAH DI PELATARAN CAWAN
Penantian untuk dapat giliran masuk lift akhirnya usai sudah. Aku masuk ke dalam lift bersama 6 orang pengunjung lain dan 1 orang petugas.
Petugas lift rupanya tidak membawa kami hingga ke dasar, namun meminta kami untuk turun di lantai 2 pelataran cawan.
“Ehm, kenapa ga langsung ke dasar?” batinku saat keluar dari lift.
Setelah bertanya ke temanku yang sudah pernah naik ke puncak monas, rupanya hal tersebut memang biasa dilakukan ketika antrian di puncak atau di dasar sedang ramai. Sekaligus memperkenalkan bagian monas yang namanya cawan.
Pelataran cawan ini menurutku cukup luas dan cukup menarik. Aku beruntung ketika sampai di palataran cawan, hujan tiba-tiba berhenti.
Melihat situasi ini aku sendiri sempat mengambil beberapa foto dari tempat ini. Nah hasilnya kaya gini.
PULANG
Waktu semakin siang, kaki pun terasa semakin lelah. Kondisi cuaca di kawasan monas yang kadang terang, kadang hujan semakin meyakinkanku untuk segera mengakhiri cerita pengalaman pertama naik ke puncak monas.
Aku akhirnya kembali pergi dari kawasan pelataran monas menggunakan kereta wisata yang ada.
Terima kasih monas, kamu sudah memberikan pengalaman baru. Walaupun banyak hal yang tidak diduga, namun kesempatan naik ke Puncak Monas tanpa harus lama menunggu antrian sudah cukup membuatku senang.
***
Sebelum cerita ini aku akhiri, ada 1 yang belum aku rasakan dan suatu saat ingin aku coba nikmati. Ya, aku masih ingin melihat dan menikmati Dancing Fountain di Monas. Semoga besok-besok ada waktu dan kesempatan. Amin.
Semoga ceritaku kali ini bisa memberikan referensi buat banyak orang yang ingin coba mengunjungimu dan semoga juga pariwisata di Indonesia, khususnya di Jakarta semakin bisa memanjakan para pengunjung.
Ahahaha baca ini jadi ingat pengalamanku pertama ke monas tahun 2013 mas. Saat itu sendirian dan ngebet banget mau ke monas. Jalan kaki dr depan gedung kemenpar, foto2 sendiri di lapangan monas, terus masuk bareng rombongan TK. Sampai dalam gelap semua karena abis kena cahaya. Saat itu nggak ngerti ada kereta kelinci, iya dulu naiknya kereta kelinci ahahaha. Keliling sampai puncak dan ngadem di cawan. Pengalaman yg seru. Baliknya baru naik kereta kelinci sampai pintu keluar.
Haha.. itu mending mbak, ke monas udah sampai cawan. Lha aku berkali-kali ke monas cuma nongkrong di luar sama di deket lapangan basket. Wkwk
Ahahaha baca ini jadi ingat pengalamanku pertama ke monas tahun 2013 mas. Saat itu sendirian dan ngebet banget mau ke monas. Jalan kaki dr depan gedung kemenpar, foto2 sendiri di lapangan monas, terus masuk bareng rombongan TK. Sampai dalam gelap semua karena abis kena cahaya. Saat itu nggak ngerti ada kereta kelinci, iya dulu naiknya kereta kelinci ahahaha. Keliling sampai puncak dan ngadem di cawan. Pengalaman yg seru. Baliknya baru naik kereta kelinci sampai pintu keluar.
Haha.. itu mending mbak, ke monas udah sampai cawan. Lha aku berkali-kali ke monas cuma nongkrong di luar sama di deket lapangan basket. Wkwk
aku takut ketinggian nih, makanya belum pernah naik ke atas
Wah, berarti harus cobain mas.. biar semakin berani… 😀
aku takut ketinggian nih, makanya belum pernah naik ke atas
Wah, berarti harus cobain mas.. biar semakin berani… 😀
Masih mending dirimu baru sekali ke Monas , kalau ditanya orang sudah berapa kali kesana, mas Kris …
Aku ini loh, dulu tahunan kerja di Jakarta tapi belum sekalipun nyoba naik ke puncak Monas hahaha 😀 …, cuma main aja di area tamannya.
Sekarang nyesel kenapa dulu ngga ke puncaknya.
Betewe, JakCardnya itu beli dimana sih ?.
Eh, itu nasibnya sama kaya diriku om.. 2 tahun kerja di jakarta cuma main di sekitar taman monas. Wkwk… baru kemarin berhasil naik ke puncak monas. Kalau kartu JakCardnya itu beli di loket tiket masuk Monas..
Dih, manggilnya kok om siiih, paaaak … hahaha 😀 …
Kalo gitu kita samaan ya …, bertahun-tqhun kerja di Jakarta malah ke Monas cuman main ditamannya doang …
Tapiiii, akhirnya mas Kris udah nyampe duluan ke puncaknya 🙂
Sip, thanks info lokasi pembelian tiket JakCardnya, mas.
Haha.. aku kalau panggil temen2 biasanya pake om.. wkwk..
Ia, mumpung ada waktu aja.. jadi bisa sampai puncak..
Masih mending dirimu baru sekali ke Monas , kalau ditanya orang sudah berapa kali kesana, mas Kris …
Aku ini loh, dulu tahunan kerja di Jakarta tapi belum sekalipun nyoba naik ke puncak Monas hahaha 😀 …, cuma main aja di area tamannya.
Sekarang nyesel kenapa dulu ngga ke puncaknya.
Betewe, JakCardnya itu beli dimana sih ?.
Eh, itu nasibnya sama kaya diriku om.. 2 tahun kerja di jakarta cuma main di sekitar taman monas. Wkwk… baru kemarin berhasil naik ke puncak monas. Kalau kartu JakCardnya itu beli di loket tiket masuk Monas..
Dih, manggilnya kok om siiih, paaaak … hahaha 😀 …
Kalo gitu kita samaan ya …, bertahun-tqhun kerja di Jakarta malah ke Monas cuman main ditamannya doang …
Tapiiii, akhirnya mas Kris udah nyampe duluan ke puncaknya 🙂
Sip, thanks info lokasi pembelian tiket JakCardnya, mas.
Haha.. aku kalau panggil temen2 biasanya pake om.. wkwk..
Ia, mumpung ada waktu aja.. jadi bisa sampai puncak..
Berkali-kali ke jakarta tapi belum pernah juga menjejakkan kaki di Monas #malu
Haha.. gapapa mas.. yang penting udah pernah lewat sama lihat monas dari jauh..
Berkali-kali ke jakarta tapi belum pernah juga menjejakkan kaki di Monas #malu
Haha.. gapapa mas.. yang penting udah pernah lewat sama lihat monas dari jauh..