Menulis Ulang Kenangan Proses Kelahiran Aileen
“Yah, dulu waktu Aileen lahir kamu nulis ceritanya to?” tanya istriku beberapa hari lalu.
“Ia, tapi itu di blog yang stephanuschristiono.com. Sekarang blognya udah ga ada. Tutup buku dan ga tak teruske sejak 2017” Jawabku.
“Ehm, lha ngopo? Kan sayang banget kui.. buat kenangan pertama sama Aileen” ujar istriku sambil sedikit kecewa.
***
Sebelumnya aku mau minta maaf dulu sama teman-teman semua yang sedang baca tulisan ini karena menganggap artikelnya REPOST. Ya, beberapa artikel di maskris.id nantinya kemungkinan akan banyak tulisan yang merupakan pindahan dari blog stephanuschristiono.com.
Mungkin ada yang bertanya kenapa?
Intinya, hari rabu (10/4/2019) aku baru saja menemukan sebuah harta karun berupa satu file xml yang merupakan backup terakhir dari situs stephanuschristiono.com. Di mana di situs itu banyak sekali kenangan yang sudah aku tuliskan, namun belum sempat kupindahkan ke rumah baru.
Nah, sekarang aku mau lanjut mengobati rasa kecewa istriku dulu terkait dengan sempat hilangnya cerita detik-detik ia melahirkan anak pertama kami yang bernama Aileen di bulan Maret 2014 lalu.
Saat itu, cerita ini aku tuliskan langsung di rumah sakit saat menunggu dan setelah proses persalinan.
MASKRISTORY BEGINS
Setelah selama 38 minggu menunggu dan menjalani hari-hari penuh penantian, akhirnya detik-detik penantian panjang itu semakin terasa dekat. Semakin dekatnya waktu ini terasa semakin menegangkan, perasaan semakin campur aduk tidak karuan.
Tanggal 15 maret 2014
[05:15]
Waktu itu istriku terbangun untuk buang air kecil. Setelahnya ia segera membangunkan aku dan mengatakan jika ketika buang air kecil bercampur dengan lendir dan darah warna merah.
[05:30]
Karena sedikit panik dan memang sudah mendekati HPL anak pertama kami, Istriku membangunkan mamanya yang juga seorang bidan untuk menanyakan apa yang terjadi. Apakah itu yang namanya flek, atau apakah itu yang namanya cairan ketuban.
[06:00]
Hasil pemeriksaan oleh mama tampaknya menunjukkan jika “adek” sudah semakin dekat untuk melihat dunia. Kami sedikit tenang dengan apa yang dikatakan oleh mama. Kami sendiri masih tenang, bahkan masih menyempatkan untuk jalan-jalan keliling kampung sampai dengan pukul 08:30
[08:30]
Sepulang dari keliling kampung, kami bersih-bersih, mandi dan masih santai-santai sambil nonton kartun Conan.
[09:30]
Kondisi badan istriku sepertinya kurang oke, ia merasakan jika kontraksi di perutnya semakin kencang.
[10:00]
Kami memutuskan segera packing beberapa pakaian dan kemudian berangkat ke rumah sakit agar bisa langsung check in untuk proses persalinan.
[10:30]
Masuk UGD dan kemudian langsung masuk ruang bersalin.
[11:00]
Dicek oleh bidan yang sekaligus merangkap tante sendiri. Ternyata sudah masuk bukaan 1,5.
Aku semakin deg-degan dan menganggap jika sudah bukaan itu berarti waktu melahirkan sudah semakin dekat.
Akhirnya setelah diperiksa, istriku diminta untuk menunggu beberapa jam lagi untuk dilakukan pengecekan selanjutnya.
[13:00]
Dua jam menunggu, istriku diminta untuk cek darah untuk memastikan jika golongan darahnya tetap A Rh- (golongan darah langka)
Hasil pemeriksaan tetap sama, dan artinya kami harus memastikan jika suntikan RhoGAM sudah siap di Apotek.
Untung, saat control terakhir kami sudah sempat minta dicarikan oleh Apotek RS.
[17:30]
Bidan melakukan cek ulang dan ternyata sekarang sudah masuk bukaan 3.
[21:00]
Kontraksi terasa semakin sering dan cukup teratur. Aku sendiri semakin dag-dig-dug, karena sudah mendekati 12 jam berada di rumah sakit.
[22:00]
Tepat sudah 12 jam di rumah sakit, istriku masih belum terlalu menunjukkan perkembangan yang baik. Masih terjadi kontraksi secara teratur.
Kami tegang. Apalagi beberapa ibu yang satu ruangan sudah mulai pindah ke ruang bersalin, dan beberapa sudah mulai terdengar suara tangisan bayi baru lahir.
Sedangkan kami saat itu masih terus menanti dan berdoa, semoga adek cepat menyusul dan cepat keluar dari perut istriku.
Hingga pukul 00:00, sepertinya adek masih belum mau keluar. Kabar baiknya istriku kini sudah di pindah ke ruang bersalin.
Tanggal 16 Maret 2014
[00:00]
Istriku mulai di pindah ke ruang bersalin. Yang artinya waktunya sudah semakin dekat, jantungku semakin dag-dig-dug.
Setelah masuk ruang bersalin, bidan melakukan pengecekan dan ternyata istriku masih bukaan 5. (masih setengah jalan)
[02:00]
Suasana hati semakin tidak karuan, mata rasanya sangat ngantuk, istriku juga semakin merasa kesakitan karena kontraksi yang dialaminya, namun menurut bidan belum ada perkembangan yang cukup signifikan, belum ada tanda-tanda adek akan keluar.
[04:00]
Kembali di cek oleh bidan.
Kali ini berdasarkan informasi yang diberikan posisi sudah masuk bukaan 7/8, bidan yang bertugas mengatakan jika kami diminta untuk siap-siap untuk proses persalinan.
Istriku minta agar bidan yang berjaga menghubungi tantenya. Dan akhirnya tante meminta agar istriku tetap tenang karena saat ini sedang ada diperjalanan menuju RS.
Ya, saat itu memang tante sendiri yang minta agar proses persalinannya langsung ia yang menangani karena posisi dokter kandungan istriku memang sedang tidak ada di Jogja.
Sambil menunggu tante sampai ke RS, bidan yang bertugas melakukan konsultasi dengan dokter kandungan lewat telepon dan akhirnya diputuskan agar istriku diberikan suntikan RhoGAM.
Buat yang penasaran sama suntikan RhoGAM, mungkin aku cuma bisa kasih gambaran kalau suntikan ini harganya lumayan mahal dan biasnaya diberikan kepada pasien yang memiliki golongan darah dengan Rhesus negatif.
[05:00]
Akhirnya tante sudah sampai RS dan siap-siap untuk proses bersalin.
Aku semakin tegang, karena semakin dekat dengan keluarnya adek. Sesuai dengan janji yang pernah aku ungkapkan kepada istriku waktu masa kehamilannya. Aku akan mendampinginya di dalam selama proses persalinan.
Baru sepuluh menit membantu proses persalinan, aku akhirnya bilang sama tante jika aku tidak kuat dan mau pingsan.
“Te, aku mumet e..” ujarku saat itu.
“Yo wis metu o wae ndak malah semaput. Nko malah repot.” Kata tanteku.
Aku akhirnya memutuskan untuk keluar dari ruang bersalin untuk sementara sambil menenangkan mental dan batin diri sendiri.
[06:00]
Hampir satu jam proses persalinan, ternyata Adek masih belum keluar juga. Dari luar ruang bersalin aku mendengar usaha yang tidak berhenti dari istriku dan para bidan yang bertugas.
Panik.. Bingung.. Istriku juga terlihat sudah sangat lelah hingga nafasnya semakin ngos-ngosan.
Di depan pintu ruang bersalin aku dan keluarga hanya bisa berdoa dan berharap diberi kemudahan dan kelancaran agar adek cepat keluar.
[06:30]
Aku coba untuk menguatkan mental dan akhirnya kembali masuk ruang bersalin untuk membantu menyemangati dan menenangkan istriku yang sudah berjuang sekitar 1,5 jam dari bukaan 8.
[06:52]
Setelah perjuangan panjang dalam proses persalinan, Puji Tuhan pada pukul 06:52 adek akhirnya keluar dengan berat badan 3140 gram dan panjang 50cm.
Aku melihat langsung bagaimana adek keluar tanpa adanya tangisan dan satu mata terlihat lengket. Sempat takut, namun beberapa menit kemudian suara tangisan pertamamu akhirnya keluar dan seakan membuatku lega.
Rasa haru campur bahagia tidak bisa aku tutupi. Aku nangis sambil mengabari keluargaku yang berada di luar kota dan juga di ruang tunggu RS.
***
Hari itu merupakan hari yang sangat luar biasa dan tidak akan pernah bisa aku lupakan seumur hidupku dan akhirnya detik-detik penantian panjang buah hati kami berakhir pada tanggal 16 Maret 2014.
Selamat datang adek di dunia yang baru. Selamat datang Aileen.
Tidak terasa sekarang kamu sudah semakin besar. Jika suatu saat kamu membaca tulisan ini, maka ingatlah perjuangan mamamu ketika melahirkanmu. Jangan nakal sama marah-marah sama mama ya.
Salam sayang dari Ayah..